قيدوا علومكم بالكتابة ----> Ikatlah ilmumu dengan tulisan. ***Semoga Allah memberi kemanfaatan dibalik goresan pena elektronik ini. Amin Amin Amin***
Senin, 14 September 2015
Kamis, 06 Agustus 2015
Berkilau Tak Selalu Indah
Malang, 7 Agustus
2015
Tak perlu menulis yang banyak. Hanya perlu terus menulis.
Mengungkapkan isi hati lewat kata-kata yang tertuang dalam sebuah tulisan yang
rapi. Mengabadikan apa yang selama ini terjadi, dan apa yang selama ini
dirasakan, lewat tulisan. Ya, menulislah.
“Indah tak selalu mewah, bahkan kesederhanaan itu kadang
yang menjadikan istimewa”
Sebuah status BBM pagi hari ini. Bukan tanpa alasan
kata-kata itu muncul. Dalam salah satu grup, ada teman yang berkata “yang
berkilau tak selalu indah” sebuah ungkapan sederhana, tapi dalam maknanya. Dan aku
menerjemahkan ungkapan itu lewat kata-kata yang lain. Semakin menyadari bahwa
temanku yang satu ini mencintai keindahan. Tapi keindahan yang dia suka bukan
dari gemerlap benda-benda yang berkilauan. Bukan dari harta atau kecantikan
yang membutakan hati. Dia menyukai kesederhanaan yang membuat segalanya terasa
cukup indah dan menentramkan hati. Salut juga, masih ada laki-laki seperti ini.
Ku kira semua laki-laki hanya menyukai keindahan wajah, hanya melihat kemewahan,
paras yang cantiknya bak artis papa atas. Rupanya masih ada ya lelaki macam
ini.
Minimal, kenyataan ini membuatku membuka mata kembali,
bahwa, masih ada lelaki yang baik, baik hati dan akhlaknya. Lelaki yang
memandang tak hanya lewat wajah dan harta benda. Masih ada lelaki yang
memandang keindahan yang muncul dari kesederhanaan. Sesuatu yang biasa, bisa
jadi istimewa di mata lelaki seperti ini.
Cinta itu sederhana. Saat kau memandangnya tenang, saat
kau bahagia di sampingnya, saat kata-katanya bisa membuatmu berhenti menangis,
dan mulai tersenyum, itulah saat yang indah, keindahan dari sebuah cinta. Keindahan
yang tidak terucap, tapi bisa kau rasakan dan kau nikmati hadirnya.
Rabu, 11 Maret 2015
Terima Kasih Kawan
Malang, 12 Maret
2015
Pagi yang mendung. Akhir-akhir ini
hidungku peka dengan udara dingin di pagi hari. Entah karena debu atau embun
dingin, hidungku sering tersumbat jadi agak pilek di pagi hari disertai dengan
bersin berkali-kali. Ada sebuah kabar baik beberapa hari yang lalu. Yakni
ketika salah seorang sahabatku panggil saja dia Bee, menawarkan seseorang yang
mungkin cocok denganku. Sontak saja sebagai gadis yang benar-benar jomblo aku
menanggapinya dengan hati berbunga-bunga, berharap penantianku sudah tidak lama
lagi.
Namun itu bukan pilihan sikap yang tepat
rupanya. Seperti halnya sesuatu yang sangat ingin didapat, tidak secepat itu
rupanya jodohku datang. Bee bilang, belum ada kabar, tak usah terlalu berharap.
Yah, itu benar. Aku pun seharusnya tidak sepercaya diri itu. Aku tahu bagaimana
standar wajahku yang biasa-biasa saja. Tapi tentu saja aku mensyukurinya.
Alhamdulillah, aku manis katanya. Tapi belum ada ceritanya seseorang menyukai
pada pandangan pertama, lewat foto lagi. Aku rasa itu belum pernah terjadi.
Mungkin wajahku tidak bisa diungkapkan lewat foto sekalipun. Sudut pandang
kamera bisa mengambil di saat apa saja, tak peduli itu saat yang tepat mau
tidak.
Bee... aku memang sebenarnya suka dengan
anak teknik, yang sering kali kuu tahu bergelut dengan komputer. Tapi kau tahu
Bee, aku sempat berpendapat, tidakkah orang yang kau tunjukkan itu terlalu muda
untukku. Tapi ya sudahlah, namanya juga ikhtiyar. Bee, terima kasih, jawabanmu
telah memotivasi ku untuk setidaknya tidak perlu menunggu jawabannya,
setidaknya hatiku tidak perlu berharap pada orang yang fotonya kau unggah di WA
itu.
Untuk salah satu rekan kerjaku, aku juga
berterimakasih atas motivasi dan nasehat-nasehatmu. Yah, kadang orang yang
lebih muda bersikap lebih bijak dan dewasa dibandingkan dengan anak kecil
sepertiku. Aku sangat menyadari itu. Lagi pula, kau lebih berpengalaman dalam
hal menanggapi orang-orang pendidikan seperti ini. Pengalaman dunia luarmu
tentu jauh lebih banyak dibandingkan diriku yang bisa terbilang polos ini. Tapi
harusnya kau tahu, aku tak sepolos yang kau pikir lah. Aku masih bisa tegas
dalam kondisi-kondisi tertentu.
Maaf kawan, aku sering mengganggu
saat-saat istirahat mu. Bukannya bagaimana, tapi aku juga butuh kawan untuk
berkeluh kesah. Aku butuh kawan yang tahu bagaimana dunia yang ingin ku keluh kesahkan. Kalau aku
mengeluhkan perihal ma’had kepadamu tentu itu tidak nyambung, karena aku masih
harus menjelaskan panjang lebar tentang ma’had dan tetek-bengeknya. Namun jika
aku ingin berkeluh kesah tentang sekolah, dan struktural tugasnya itulah, maka
sangat pas kalau aku bercerita kepadamu. Tentu aku tak ingin orang-orang luar
tahu tentang busuknya, harusnya mereka hanya tahu harumnya. Namun sayang aku
belum bisa mengharumkan para penghuninya, para siswinya. Bagaimana mau
diharumkan, pentolannya saja seakan tidak memprioritaskan tugasnya ini.
Sering kali aku lelah kawan. Lelah
karena hatiku teruss saja berkeluh-kesah. Aku sangat tahu, mengeluh bukanlah
sifat muslimah yang baik, namun kau pasti fahamkan keadaanku. Karena kau adalah
rekan yang tahu bagaimana keseharianku di sekolah menengah pertama ini. Kawan,
rasanya aku sudah menemukan angin segar jika kau datang. Paling nggak sobat ku
yang bisa jaga rahasia, ada di sini. Terlihat oleh kedua penglihatanku yang
terbatas ini. Kawan-kawanku, baik Ao.Comunity maupun kawan-kawan rekan kerjaku.
Terima kasih, karena kalian ada, saat aku sedang membutuhkan seorang kawan
disampingku, untuk mendukung dan mengarahkanku, yang membenarkan dan
menyalahkan kesalahanku. Yang jujur dan perhatian padaku. Terima kasih ....
Jumat, 06 Februari 2015
Surat Untuk Bapak Ibu Guru ku
Pepatah bilang, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Namun aku lebih setuju dengan guru adalah orang pertama yang paling banyak jasanya. Guru apapun itu, beliau mengajarkan ilmu padaku. Guru apapun itu, beliau selalu berusaha agar aku tahu lebih banyak hal. Guru apapun itu, selalu ada susah payahnya dalam menghadapi murid-muridnya seperti aku.
Menulis pembahasan tentang guru tidak mungkin bisa ku lakukan kecuali aku sudah sampai di tahap itu. Terima kasih bapak ibu guruku tercinta. Kini aku sudah mencapai masa sebagaimana engkau mendidikku. Kini bisa ku rasakan apa yang engkau rasakan saat mendidikku.
Bu.. aku dulu sering ramai jika duduk di bangku belakang. Bu, aku dulu sering gagal saat mengikuti event event lomba mewakili sekolah. Bu.. mungkin aku sering tidak fokus memperhatikan engkau menerangkan suatu hal pada ku. Bu.. Maafkan aku.
Bu.. aku adalah anak kecil yang kurang peka terhadap perasaan orang lain. Aku mohon maklumilah Bu.. aku belum pernah memahami itu pada saat itu. Mungkin tanpa ku sadari aku mengucapkan kata-kata yang membuat engkau mungkin jadi kurang ikhlas mengajarku. Maafkan aku Bu.. aku sayang padamu Bu. Engkau adalah guruku.. orang yang paling berjasa dalam hidupku.
Bu.. Jikalau dulu aku pernah mengecewakanmu,, aku minta maaf Bu.. Jikalau dulu aku pernah berkata-kata yang menyakitkan hatimu, aku Minta maaf Bu..
Ridhoi aku Bu.. kini aku mengikuti jejakmu menjadi seorang guru ...
Menulis pembahasan tentang guru tidak mungkin bisa ku lakukan kecuali aku sudah sampai di tahap itu. Terima kasih bapak ibu guruku tercinta. Kini aku sudah mencapai masa sebagaimana engkau mendidikku. Kini bisa ku rasakan apa yang engkau rasakan saat mendidikku.
Bu.. aku dulu sering ramai jika duduk di bangku belakang. Bu, aku dulu sering gagal saat mengikuti event event lomba mewakili sekolah. Bu.. mungkin aku sering tidak fokus memperhatikan engkau menerangkan suatu hal pada ku. Bu.. Maafkan aku.
Bu.. Jikalau dulu aku pernah mengecewakanmu,, aku minta maaf Bu.. Jikalau dulu aku pernah berkata-kata yang menyakitkan hatimu, aku Minta maaf Bu..
Ridhoi aku Bu.. kini aku mengikuti jejakmu menjadi seorang guru ...
Rabu, 28 Januari 2015
Mengatasi kepenatan dan kebosanan
Menjalani aktifitas dari pagi jam 7 sampai sore 16.20, cukup menguras tenaga rupanya.
Jikalau hati tidak ikhlas menjalani semua ini, pastilah sudah protes dari kepala sampai kaki.
Namun memandang wajah-wajah polos anak-anak ini memang selalu membuatku tersenyum.
Mereka membutuhkan guru yang ikhlas.
Jikalau hati tidak ikhlas menjalani semua ini, pastilah sudah protes dari kepala sampai kaki.
Namun memandang wajah-wajah polos anak-anak ini memang selalu membuatku tersenyum.
Mereka membutuhkan guru yang ikhlas.
Rabu, 21 Januari 2015
Untuk Chodijah, Lala, dan Rosyidah
Beberapa hari ini banyak tugas non akademik yang harus ku lakukan.
Aku sadar seharusnya aku bisa full fokus pada anak-anak, mengajar Bahasa Arab dan Agama.
Maafkan karena selama ini mungkin kalian hanya bermain, hafalan, tanpa keterangan yang cukup memahamkan.
Aku akui aku memang cukup sibuk.
Tapi sungguh bukan guru yang profesional, jika dia mengelak dari tugas wajibnya pada anak-anaknya hanya karena tugas-tugas non akademik yang banyak.
Guru yang profesional adalah guru yang pintar membagi waktu, namun guru yang malas adalah guru yang banyak alasan.
Sungguh aku tak ingin jadi guru yang banyak alasan.
Tapi apa mau dikata, memang alasanku banyak.
Kalau kau bilang aku malas, ya mungkin aku malas.
Tapi bukan berarti aku tak bisa jadi orang yang rajin dan tekun.
Aku bisa.
Hanya saja aku mungkin terlalu sombong jika aku bilang aku rajin.
Semoga kalian bisa jadi anak-anak yang baik, sholihah, pinter ngaji, dan bisa jadi uswah hasanah untuk adik-adik kalian. Amin..
Aku sadar seharusnya aku bisa full fokus pada anak-anak, mengajar Bahasa Arab dan Agama.
Maafkan karena selama ini mungkin kalian hanya bermain, hafalan, tanpa keterangan yang cukup memahamkan.
Aku akui aku memang cukup sibuk.
Tapi sungguh bukan guru yang profesional, jika dia mengelak dari tugas wajibnya pada anak-anaknya hanya karena tugas-tugas non akademik yang banyak.
Sungguh aku tak ingin jadi guru yang banyak alasan.
Tapi apa mau dikata, memang alasanku banyak.
Kalau kau bilang aku malas, ya mungkin aku malas.
Tapi bukan berarti aku tak bisa jadi orang yang rajin dan tekun.
Aku bisa.
Hanya saja aku mungkin terlalu sombong jika aku bilang aku rajin.
Semoga kalian bisa jadi anak-anak yang baik, sholihah, pinter ngaji, dan bisa jadi uswah hasanah untuk adik-adik kalian. Amin..
Rabu, 14 Januari 2015
Thanks God for this 23 years
Ya Allah, sudah 23 tahun hamba hidup di dunia ini. Dengan rahmat-Mu, dengan nikmat-Mu yang sungguh tak terhingga betapa banyaknya. Nikmat hidup dengan sehat, nikmat hidup dengan menghirup udara-Mu yang gratis ini.
Syukron Ya Allah, alhamdulillah,,
Syukron Ya Allah, alhamdulillah,,
Mengalah Bukan Berarti Kalah
Usia seseorang sering kali dijadikan ukuran kedewasaan seseorang. Tapi tak jarang orang yang sudah berumur banyak, tapi tak juga dewasa. Pernah suatu ketika aku membaca sebuah status dari salah seorang teman facebook. Tua itu takdir, dewasa itu pilihan. Dan ini benar menurutku, karena banyak orang yang sudah masuk umur dewasa, namun masih juga belum bersikap dewasa. Ya semua itu memang sebuah proses.. berdasarkan pengalaman-pengalaman seseorang, maka pengalaman-pengalaman itulah yang bisa mendewasakannya.
Semoga saja aku bisa jadi orang yang dewasa, bismillah,,
Langganan:
Komentar (Atom)