Mas..
Maafkan..
Mungkin hari-hari mu akan sibuk..
Mas..
Maafkan..
Mungkin pikiranmu akan banyak terbagi untukku..
Mas..
Maafkan..
Mungkin aku belum sepenuhnya seperti yang kau inginkan..
Tapi Mas..
Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing2..
Dan aku yakin..
Kita diciptakan untuk saling melengkapi..
Kau diciptakan..
Untuk menenangkan tangisku..
Untuk meredakan gelisahku..
Untuk mengembalikan tawaku..
Untuk menguatkan keyakinanku..
Ya..
Keyakinan akan janji Allah yang selalu ditepati..
Keyakinan bahwa tiada usaha yang disia2kan oleh Allah..
Keyakinan bahwa..
Allah pasti menghadirkan sosok seorang yang akan menuntunku menjadi seorang istri yang baik untuknya..
Ibu yang baik untuk anak-anaknya..
Wanita yang kuat untuk segala hal yang akan dilewati bersama-sama..
Bahagiamu adalah tanggung jawabku..
Bahagiaku adalah tanggung jawabmu..
Tanggung jawab kepada Sang Pencipta kita..
Tanpa garis cinta dari Sang Maha Cinta..
Maka bagaimana garis cinta kita dipertemukan..
Jika putus garis cinta kepada Allah..
Maka putuslah pula garis cinta di antara kita..
Karena Allahlah yang mempertemukan kita..
Tanpa garis cinta kita kepada Allah..
Maka tak mungkin garis cinta kita bersambung erat...
Ya Allah..
Terima kasih atas garis cinta ini..
Jangan putuskan garis cinta-Mu pada kami..
Karena kalau bukan karena cinta Mu..
Tiadalah cinta di hati kami..
قيدوا علومكم بالكتابة ----> Ikatlah ilmumu dengan tulisan. ***Semoga Allah memberi kemanfaatan dibalik goresan pena elektronik ini. Amin Amin Amin***
Rabu, 28 Desember 2016
Untuk Calon Imamku
Mas..
Begitu biasa aku memanggilnya.
Seorang yang dengan gagah berani menemui wali ku.
Mengutarakan niat baiknya untuk meminangku.
Entah apa yg membuatku dengan mudah menerima kehadirannya.
Tapi, sejak awal aku mendapat kabar tentang rasa di hatinya,
Aku seakan takut,
Takut dia tidak benar2 serius dengan rasa di hatinya.
Aku hanya khawatir, kabar ini hanya kabar bahagia yang semu.
Tapi.. dia datang..
Tepat di hari ulang tahun ku.
Aku ingat betul hari itu.
Malu rasanya aku memandang wajahnya.
Entah..
Hatiku berkata..
"Kau siap dipinang oleh lelaki ini?"
Aku hanya mencoba meyakinkan hati kecilku..
Dia sudah berani bertandang ke rumah sederhana ini.
Tidak mungkin dia bermain2 dengan rasanya.
Dalam hati ku berkata..
Ya Allah.. mudahkan jalannya..
Mudahkan jalan kami..
Jika memang kami berjodoh..
Mudahkan jalan kami Ya Robb..
Begitu biasa aku memanggilnya.
Seorang yang dengan gagah berani menemui wali ku.
Mengutarakan niat baiknya untuk meminangku.
Entah apa yg membuatku dengan mudah menerima kehadirannya.
Tapi, sejak awal aku mendapat kabar tentang rasa di hatinya,
Aku seakan takut,
Takut dia tidak benar2 serius dengan rasa di hatinya.
Aku hanya khawatir, kabar ini hanya kabar bahagia yang semu.
Tapi.. dia datang..
Tepat di hari ulang tahun ku.
Aku ingat betul hari itu.
Malu rasanya aku memandang wajahnya.
Entah..
Hatiku berkata..
"Kau siap dipinang oleh lelaki ini?"
Aku hanya mencoba meyakinkan hati kecilku..
Dia sudah berani bertandang ke rumah sederhana ini.
Tidak mungkin dia bermain2 dengan rasanya.
Dalam hati ku berkata..
Ya Allah.. mudahkan jalannya..
Mudahkan jalan kami..
Jika memang kami berjodoh..
Mudahkan jalan kami Ya Robb..
Rasaku Rasamu
Aku tahu
Aku harus menekan rasa itu
Aku tahu
Kau juga rasa apa yang ku rasa
Aku tahu
Kau juga menahan rasa yang sama
Aku tahu
Kau menahan semua rasa pun demi aku
Maafkan aku
Rasa itu terlalu membuncah di hati ku
Maafkan aku
Aku kadang tak tahan tuk tak mengungkap rasa ini
Maafkan aku
Aku tak bisa membantumu menahan rasa
Kita
Harus sabar
Kita
Haruslah sadar
Kita harus lah terus berusaha
Menjaga hati dan pikiran
Menjaga gerak tangan dan pandangan
Semoga kita kelak dipertemukan
Dalam ikatan yang halal
Ikatan yang membahagiakan
Ikatan yang diridhoi
Ikatan yang melukiskan senyum membahagiakan
Untuk..
Kangmas ku sayang
:)
Aku harus menekan rasa itu
Aku tahu
Kau juga rasa apa yang ku rasa
Aku tahu
Kau juga menahan rasa yang sama
Aku tahu
Kau menahan semua rasa pun demi aku
Maafkan aku
Rasa itu terlalu membuncah di hati ku
Maafkan aku
Aku kadang tak tahan tuk tak mengungkap rasa ini
Maafkan aku
Aku tak bisa membantumu menahan rasa
Kita
Harus sabar
Kita
Haruslah sadar
Kita harus lah terus berusaha
Menjaga hati dan pikiran
Menjaga gerak tangan dan pandangan
Semoga kita kelak dipertemukan
Dalam ikatan yang halal
Ikatan yang membahagiakan
Ikatan yang diridhoi
Ikatan yang melukiskan senyum membahagiakan
Untuk..
Kangmas ku sayang
:)
Minggu, 26 Juni 2016
Cukup itu Kaya, Rezeki tak selalu Harta
Dalam konteks kehidupan. Harta selalu melulu pada benda, uang, rumah yang indah besar, mobil, dan benda-benda lain yang mewah. Namun kita pasti pernah merasakan, kita sudah punya segalanya, uang ada, mobil ada, namun hati tidak bahagia. Ada yang punya rumah besar dengan banyak asisten rumah tangga, uang yang banyak dari perusahaan-perusahaan yang dijalankannya, mobil yang tidak hanya ada satu di garasi rumahnya. Namun, dia tidak bisa menikmati makanan yang dia inginkan karena penyakit yang dideritanya.
Kadang, ada juga, keluarga yang utuh, ada ayah, ibu, dan anak. Namun, si anak sangat manja dan tidak bisa melanjutkan usaha dari ayah bundanya. Ada juga yang tetap bahagia, meskipun orang tuanya sudah tiada.
Kalau kita pikipikir kembali. Ketenangan hati juga harta, nikmat Allah yang bahkan tidak bisa dibeli dengan uang. Ada yang sibuk dengan hartanya hingga lalai dengan ibadahnya. Ada yang tidak terlalu sibuk, tetap bekerja sesuai waktunya, namun tidak terbengkalai ibadahnya, justru semakin tenang hatinya meskipun tidak banyak uang yang dipegangnya.
Keluarga, satu kata yang sangat familiar di telinga kita. Bagaimana tidak, kita lahir di lingkungan keluarga, tumbuh besar di lingkungan keluarga, secara otomatis, keluarga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Idealnya seperti itu. Namun bagaimana jika ternyata itu tidak seperti kenyataannya. Keluarga seperti orang lain, justru orang lain seperti keluarga. Nikmat Allah yang berupa keluarga yang baik, yang dekat dengan kita, yang harmonis, itu semua adalah nikmat yang tidak berupa harta, tidak berupa uang, namun bahagianya tak bisa dibeli dengan uang.
Untuk yang belum berkeluarga "menikah". Tentu juga punya enak dan tidak enaknya sendiri. Yang sudah nikah, enaknya ada yang menemani kemana-mana, ada yang menjaga, ada yang merawat. Yang belum menikah, enaknya masih bisa bebas pergi ke mana-mana, tanpa harus menunggu waktu luangnya suami, enaknya bisa bekerja dimanapun yang diinginkan tanpa harus memikirkan anak yang ditinggal di rumah dan sebagainya. Semua itu punya sisi enak dan tidak enaknya. Hanya saja, manusia butuh melihat kembali, bahwa kita, masih perlu banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Karena bisa jadi yang kita miliki sekarang adalah yang diinginkan orang lain. Semakin kita mensyukuri apa yang kita miliki saat ini, semakin kita mencintai dan menyayangi yang kita miliki sekarang, dan semakin tenang hati kita, tanpa memandang lebih enak orang lain, sehingga kita kurang bersyukur, na'udzubillah.
Robbi'j'alniy minassyakirin....
Kadang, ada juga, keluarga yang utuh, ada ayah, ibu, dan anak. Namun, si anak sangat manja dan tidak bisa melanjutkan usaha dari ayah bundanya. Ada juga yang tetap bahagia, meskipun orang tuanya sudah tiada.
Kalau kita pikipikir kembali. Ketenangan hati juga harta, nikmat Allah yang bahkan tidak bisa dibeli dengan uang. Ada yang sibuk dengan hartanya hingga lalai dengan ibadahnya. Ada yang tidak terlalu sibuk, tetap bekerja sesuai waktunya, namun tidak terbengkalai ibadahnya, justru semakin tenang hatinya meskipun tidak banyak uang yang dipegangnya.
Keluarga, satu kata yang sangat familiar di telinga kita. Bagaimana tidak, kita lahir di lingkungan keluarga, tumbuh besar di lingkungan keluarga, secara otomatis, keluarga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Idealnya seperti itu. Namun bagaimana jika ternyata itu tidak seperti kenyataannya. Keluarga seperti orang lain, justru orang lain seperti keluarga. Nikmat Allah yang berupa keluarga yang baik, yang dekat dengan kita, yang harmonis, itu semua adalah nikmat yang tidak berupa harta, tidak berupa uang, namun bahagianya tak bisa dibeli dengan uang.
Untuk yang belum berkeluarga "menikah". Tentu juga punya enak dan tidak enaknya sendiri. Yang sudah nikah, enaknya ada yang menemani kemana-mana, ada yang menjaga, ada yang merawat. Yang belum menikah, enaknya masih bisa bebas pergi ke mana-mana, tanpa harus menunggu waktu luangnya suami, enaknya bisa bekerja dimanapun yang diinginkan tanpa harus memikirkan anak yang ditinggal di rumah dan sebagainya. Semua itu punya sisi enak dan tidak enaknya. Hanya saja, manusia butuh melihat kembali, bahwa kita, masih perlu banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Karena bisa jadi yang kita miliki sekarang adalah yang diinginkan orang lain. Semakin kita mensyukuri apa yang kita miliki saat ini, semakin kita mencintai dan menyayangi yang kita miliki sekarang, dan semakin tenang hati kita, tanpa memandang lebih enak orang lain, sehingga kita kurang bersyukur, na'udzubillah.
Robbi'j'alniy minassyakirin....
Jumat, 15 April 2016
Menulislah ...
Manusia mempunyai bahasa sebagai alat komunikasi satu sama lain. Manusia entah bagaimana jadinya saat tidak mempunyai bahasa untuk mengutarakan keinginannya. Bahasa adalah faktor penting dalam kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau
anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku
yang baik, sopan santun yang baik.Bahasa juga dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat daerah. Bahasa juga dipengaruhi oleh letak geografis. Banyak hal yang mempengaruhi munculnya bahasa.Kini, bahasa sudah bisa dituangkan lewat simbol, tulisan, huruf, terangkai menjadi kata dan kalimat, dilengkapi dengan tanda baca yang membantu pembacanya untuk memahami nada baca dari kalimat tersebut. Dan bahasa kini sudah luas fungsinya. Bukan hanya sebagai alat komunikasi, tapi juga digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang ada di otak kita, di pikiran kita, mengungkapkan isi hati kita, dan muncullah sastra, muncullah berita.
Menulis, dalam tataran 4 ketrampilan bahasa, menulis menempati posisi paling akhir. Adapun yang pertama adalah ketrampilan mendengar, berbicara (menirukan), barulah membaca, dan terakhir, menulis. Urutan ini bukan tanpa arti. Bayi, bisa berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya karena mendengar, karena mendengarkan suara itulah dia mulai bisa menirukan, di usia yang semakin bertambah, akan mulai berbicara, mengucapkan kata "iya" atau "tidak", mulai memberi tanda "menangis" dan "tertawa" untuk hal yang dia suka atau tidak suka. Barulah setelah cukup besar dan pandai berbicara, dia baru mulai membaca. Dan terakhir, dia akan belajar menulis, huruf demi huruf.
Menulis, adalah salah satu cara untuk bisa mengungkapkan isi hati dan perasaan yang mungkin bisa mengurangi beban di hati kita. Maka, tak jarang, orang-orang mempunyai "Buku Harian" yang berfungsi sebagai catatan tentang hal-hal yang telah dialami selama seharian ini. Buku seperti ini biasanya berisi ungkapan rasa dan unek-unek yang tak sempat diutarakan kepada teman, sahabat, keluaraga, atau pasangan. Dan kadang juga diisi dengan peristiwa-peristiwa penting atau spesial bagi si penulis.
Belajar mengungkapkan isi hati lewat kata-kata yang tertuang dalam tulisan pun bukan hal yang selalu mudah. Sebagaimana kadang seseorang sulit menceritakan masalahnya atau kalau kita istilahkan dengan bahasa sekarang adalah "curhat", begitu juga dalam menulis, tidak semua orang mudah mengabadikan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya dalam tulisan.
Namun, bukan berarti tidak mungkin seorang biasa yang bukan penulis handal bisa membuat karya tulis yang fenomenal dan spektakuler. Pasti bisa, semua itu hanya butuh proses. Ya, mulailah dari menulis hal-hal yang terjadi dalam keseharian kita sendiri. Atau mungkin, kita bisa menulis tentang sebuah kisah dari seorang teman, atau menuliskan sebuah cerita yang muncul dari imajinasi kita sendiri.
Percayalah, saat kita tak bisa mengungkapkan lewat lisan, menulislah! Karena tulisan itu juga ungkapan dari apa yang ingin kau utarakan.
Langganan:
Komentar (Atom)
