Rabu, 11 Maret 2015

Terima Kasih Kawan

Malang, 12  Maret 2015
Pagi yang mendung. Akhir-akhir ini hidungku peka dengan udara dingin di pagi hari. Entah karena debu atau embun dingin, hidungku sering tersumbat jadi agak pilek di pagi hari disertai dengan bersin berkali-kali. Ada sebuah kabar baik beberapa hari yang lalu. Yakni ketika salah seorang sahabatku panggil saja dia Bee, menawarkan seseorang yang mungkin cocok denganku. Sontak saja sebagai gadis yang benar-benar jomblo aku menanggapinya dengan hati berbunga-bunga, berharap penantianku sudah tidak lama lagi.
Namun itu bukan pilihan sikap yang tepat rupanya. Seperti halnya sesuatu yang sangat ingin didapat, tidak secepat itu rupanya jodohku datang. Bee bilang, belum ada kabar, tak usah terlalu berharap. Yah, itu benar. Aku pun seharusnya tidak sepercaya diri itu. Aku tahu bagaimana standar wajahku yang biasa-biasa saja. Tapi tentu saja aku mensyukurinya. Alhamdulillah, aku manis katanya. Tapi belum ada ceritanya seseorang menyukai pada pandangan pertama, lewat foto lagi. Aku rasa itu belum pernah terjadi. Mungkin wajahku tidak bisa diungkapkan lewat foto sekalipun. Sudut pandang kamera bisa mengambil di saat apa saja, tak peduli itu saat yang tepat mau tidak.
Bee... aku memang sebenarnya suka dengan anak teknik, yang sering kali kuu tahu bergelut dengan komputer. Tapi kau tahu Bee, aku sempat berpendapat, tidakkah orang yang kau tunjukkan itu terlalu muda untukku. Tapi ya sudahlah, namanya juga ikhtiyar. Bee, terima kasih, jawabanmu telah memotivasi ku untuk setidaknya tidak perlu menunggu jawabannya, setidaknya hatiku tidak perlu berharap pada orang yang fotonya kau unggah di WA itu.
Untuk salah satu rekan kerjaku, aku juga berterimakasih atas motivasi dan nasehat-nasehatmu. Yah, kadang orang yang lebih muda bersikap lebih bijak dan dewasa dibandingkan dengan anak kecil sepertiku. Aku sangat menyadari itu. Lagi pula, kau lebih berpengalaman dalam hal menanggapi orang-orang pendidikan seperti ini. Pengalaman dunia luarmu tentu jauh lebih banyak dibandingkan diriku yang bisa terbilang polos ini. Tapi harusnya kau tahu, aku tak sepolos yang kau pikir lah. Aku masih bisa tegas dalam kondisi-kondisi tertentu.
Maaf kawan, aku sering mengganggu saat-saat istirahat mu. Bukannya bagaimana, tapi aku juga butuh kawan untuk berkeluh kesah. Aku butuh kawan yang tahu bagaimana  dunia yang ingin ku keluh kesahkan. Kalau aku mengeluhkan perihal ma’had kepadamu tentu itu tidak nyambung, karena aku masih harus menjelaskan panjang lebar tentang ma’had dan tetek-bengeknya. Namun jika aku ingin berkeluh kesah tentang sekolah, dan struktural tugasnya itulah, maka sangat pas kalau aku bercerita kepadamu. Tentu aku tak ingin orang-orang luar tahu tentang busuknya, harusnya mereka hanya tahu harumnya. Namun sayang aku belum bisa mengharumkan para penghuninya, para siswinya. Bagaimana mau diharumkan, pentolannya saja seakan tidak memprioritaskan tugasnya ini.

Sering kali aku lelah kawan. Lelah karena hatiku teruss saja berkeluh-kesah. Aku sangat tahu, mengeluh bukanlah sifat muslimah yang baik, namun kau pasti fahamkan keadaanku. Karena kau adalah rekan yang tahu bagaimana keseharianku di sekolah menengah pertama ini. Kawan, rasanya aku sudah menemukan angin segar jika kau datang. Paling nggak sobat ku yang bisa jaga rahasia, ada di sini. Terlihat oleh kedua penglihatanku yang terbatas ini. Kawan-kawanku, baik Ao.Comunity maupun kawan-kawan rekan kerjaku. Terima kasih, karena kalian ada, saat aku sedang membutuhkan seorang kawan disampingku, untuk mendukung dan mengarahkanku, yang membenarkan dan menyalahkan kesalahanku. Yang jujur dan perhatian padaku. Terima kasih ....