Kamis, 20 November 2014

Kau tercemin dari bagaimana kau menulis

Aku tak pernah tahu kalau rupanya kau suka menulis. Tempo hari aku bilang aku ingin mengunggah foto kita di blog. Tapi kau tahu pastinya. Mana tega aku melakukan itu. Aku tentu tak ingin kau terkena fitnah buta lagi. Aku sangat percaya kau tidak akan membohongiku.

Rupanya kau beri alamat blogmu. Cukup singkat dan simple. hanya nama dan angka 07. Alamat yang mudah sekali diingat. Kau adalah orang yang sudah ku anggap seperti saudara ku sendiri. Seperti keluarga ku sendiri. Dan kau sadar kan. Jika kau beri aku alamat blog mu. Aku pasti membukanya.

Ya. aku sudah membuka dan membaca sebagian tulisanmu di sana. Kau tidak pernah menunjukkan bakatmu itu.. Dan itu baru ku ketahui saat ku baca satu per satu entri mu di blog. Aku mulai sadar. Kau juga suka menulis. Kau berhasil membuahkan sebuah buku yang hanya 2 eksemplar. Ya. hanya dua saja. Kau bilang. "ini untuk ku dan istri ku saja". Manis sekali. Sekali pun aku tahu. isi buku itu mungkin tak seindah karya Oky Setiana Dewi, Asma Nadia, atau bahkan Tere Liye. Tapi aku tahu. kau, kehidupanmu, pahit ketirnya jalan asmara mu. Menjadikanmu seorang penulis yang tiba-tiba saja ingin menulis.

Kau, dulu aku sama sekali tak mengenal mu. Tahu wajahmu pun tidak. Justru kau yang sudah lebih dulu mengenalku. Kau sudah mengenaliku sejak saat aku berhasil meraih piala di lapangan MA ku, di depan kantor yang biasa kau singgahi. Kau sudah mengenali ku sejak lama. Sedangkan aku baru mengenali mu beberapa saat sebelum ku tinggalkan tempat kita menimba ilmu.

Di tempat itulah, aku tahu bagaimana ketirnya hidup di masyarakat. Bagaimana sulitnya berada di antara orang orang yang sedang berseteru.  Namun aku tahu. Semua itu biasa terjadi, hanya saja kita perlu hati-hati dan pintar mengambil hikmah dari sana.

Kadang-kadang aku menceritakan keluhanku padamu. Tak ku sangka. Kau lebih dulu mengalaminya, dan kau berhasil mengatasinya. Kau akhirnya bisa balik menasehati aku. Padahal kau lebih muda dari ku.

Usia tidak menentukan kedewasaan. Namun sering kali kedewasaan dipengaruhi oleh usia, sejauh mana seseorang mendapat pengalaman dalam hari-hari yang telah dilaluinya selama bertahun-tahun. Kau bagiku bukan hanya seorang teman, tapi juga saudara, suatu saat mungkin bisa jadi saudara beneran ya... Hehehe..

Asahlah bakat menulismu ini. Karena Q tahu kau adalah sosok yang tidak banyak bicara. Maka kau seharusnya menulis hal-hal yang tak sempat atau malas kau ungkapkan dalam kata-kata.

Kakakmu ini sangat bangga mempunyai adhik seperti engkau.. sehat sehat di sana dhik,, kakak di sini selalu berdoa untuk kebahagiaan dan kesuksesan mu kelak,, Amin,,

Minggu, 16 November 2014

Rintik Hujan

Selalu ada irama yang diciptakan air yang jatuh dari langit ini.
Selalu ada harum tanah yang khas di setiap sisa-sisa hujan ini.
Masih ada kicau-kicau burung yang berbinar,,
Hujan sudah berhenti.. Sejuk,,, mungkin yang mereka katakan,,,
Dulu,,,, dan sampai sekarang pun, hujan selalu menjadi moment terindah untuk merenung,,
Hujan yang rintik rintik..
Hujan yang damai,,
bukan hujan badai..
karena badai di hati ku sudah berlalu..
Aku tahu teman-teman ku sudah sibuk dengan dunia mereka sendiri di sana.
Aku tahu..
Kalian pasti lebih memilih istirahat.
Sekalipun tak jarang, kalian memang memaksa utk bertemu, dan bertatap muka.
Demi kedamaian hati,, sahabat ku masih baik baik saja rupanya.

Kita bertemu dan berkumpul..
namun.. hati kita tak bersatu..
hujan ini..
menjadikan hati kita kompak sekalipun kita tidak dalam satu tempat yang sama.

Baik baik di sana kawan..
Sampai kapan pun kau tetap sahabatQ..